Senin, 28 Mei 2012

Merindu PMP

Bagi yang pernah mendengar dan tahu arti istilah ini, selamat! Itu berarti Anda baru saja menyatakan diri And berasal dari angkatan tua :P   Yah, itu berarti termasuk saya. Dan bagi di luar sana yang tidak tahu apa itu PMP, maka saya yang sudah 'menua' ini akan membagikan artinya. PMP adalah Pendidikan Moral dan Pancasila. Seiring waktu namanya bertransformasi menjadi PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan -- minus Moral) dan kini menjadi PKn. Benarkan sendiri kalau ada salahnya :D

Lalu ada apa dengan PMP ini? 

Semasa ada PMP dulu, moral juga masuk kurikulum. Moral menjadi pelajaran, sesuatu yang dibahas dan diajarkan dalam bentuk keilmuan. Jujur, saya sendiri sepertinya tidak mengenyam pelajaran ini, tetapi dari buku-buku saudara dulu saya tahu pelajaran ini pernah ada. Moral dianggap sesuatu yang penting -- sepenting IPA, IPS, dan bahasa-bahasa -- sehingga mesti diajarkan. Meski mungkin tidak akan memberikan efek langsung, tapi setidaknya ini bisa mengajarkan bagaimana tindakan bermoral itu sebenarnya.

Jika dibandingkan dengan keadaan sekarang, moral sudah tidak lagi bisa didefinisikan dengan jelas. Semu orang bisa menyatakan dirinya atau sesuatu itu bermoral atau juga tidak. Seseorang bisa mengatakan orang berpakaian minim tidak bermoral, dan sebaliknya yang berpakaian serba tertutup itu sangat menjaga moral. Tetapi di lain pihak mungkin saja yang berpakaian minim itu seorang filantrofis (orang yang hobi berbagi) dan yang berpakaian serba tertutup itu seorang penjahat kelas kakap seperti koruptor. Lalu apakah yang menandakan seseorang bermoral itu? Kulit luar atau isi dalamnya? Karena bahkan sekarang ini untuk saya seorang koruptor yang berkelit tidak jauh terlihat bermoral daripada kupu-kupu malam!

Berpakaian sopan memang adalah salah satu tanda seseorang bermoral, namun ukuran kesantunan sendiri itu relatif. Ada norma dalam masyarakat yang memang mengatur seuanya. Tetapi jika hanya karena satu hal sepele dari norma-norma ini dilanggar maka seseorang disebut amoral, maka itu sebuah keanehan. Seorang SPG yang pakaian atau dandanannya heboh mungkin mengganggu beberapa orang dan itu membuat mereka serta-merta menyebut itu sebagai tindakan tak bermoral. Atau sepasang kekasih yang hanya bergandengan tangan atau duduk biasa di taman tanpa melakukan apa-apa, bisa saja dicap tak bermoral. Sedangkan orang yang menipu, mencuri, dan membunuh diam-diam orang lain dengan berbagai tipu dayanya, selama mereka tidak ketahuan dan sopan santun akan disebut bermoral.

Maka dari itu saya merindukan adalanya lagi PMP ini. Moral diberikan dengan batasan yang tidak kaku dan tidak picik. Moral yang benar, yang tidak hanya ditekankan pada satu saja norma yang berlaku. Moral yang memanusiakan manusia, bukan menghakimi dan membuat mereka lebih rendah dari binatang. Moral yang membuat bangsa Indonesia ini satu dan bukannya membuat kita saling berkelahi.

Semoga pemahaman moral seperti ini suatu saat nanti kembali kepada kita, demi Indonesia yang tersenyum seperti dulu. 

Damailah bangsaku, Indonesia...

Senin, 14 Mei 2012

Petualangan di Negeri Terasing, Kisah Pembuka dari Legenda Benua Elir


Sampul depan hasil scan :)

Judul: Takdir Elir.
Jenis Buku: Novel Fantasi
Pengarang: Hans J. Gumula.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama.
Jumlah Halaman: 238 + xxiii
Harga: Rp 45.000,00.


Aku datang hanya untuk mengatakan sesuatu kepadamu…. Sekaligus memberikan sebuah perintah…” – Manah (prolog, hal xxi).
 Selamat datang di dunia Vandaria, di mana manusia dan frameless hidup dalam satu dunia yang sama dan saling berinteraksi dengan caranya masing-masing. Bagi para petualang yang lelah dengan dunia nyata, mari masukilah dunia penuh fantasi ini dan tenangkanlah jiwamu. Rasakanlah keindahan dan ketegangan di tiap babnya. Dan untuk kali ini, sebuah benua yang terletak di sebelah timur laut Tanah Utama akan bergelora dalam sebuah kisah yang menentukan takdir.